TUGAS PERILAKU
ORGANISASI
STUDI KASUS
FRUSTRASI PADA USIA 30 TAHUN
Oleh:
Kelompok III
1.
|
Amrillah
|
( 12A014007 )
|
2.
|
Aprilliani Hardiyanti
|
( 12A014008 )
|
3.
|
Endang Sri Wahyuni
|
( 12A014013 )
|
4.
|
Magma Zulfiqar Ismail
|
( 12A014030 )
|
5.
|
Ni Luh Meidi Puspitasari
|
( 12A014038 )
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Mataram, 9 February 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
Peranan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
sangatlah penting karena merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya organisasi.
Sumber daya manusia ini merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang lain. Masalah sumber daya manusia yang berada dalam suatu organisasi
seringkali menemui
kendala-kendala yang tidak
diinginkan, karena itu untuk pemecahannya dituntut keahlian khusus dalam mengetahui
latar belakang dan perilaku setiap personal, baik mengenai kebiasaan sehari-hari, watak dan perilaku sumber daya
manusia
tersebut. Setiap organisasi selalu menginginkan para
karyawan
untuk dapat memberikan
kinerja yang baik, karena hal ini
akan
berpengaruh
terhadap kemajuan organisasi itu sendiri. Hal utama yang dituntut oleh organisasi dari karyawannya
adalah
Produktivitas mereka
yang sesuai dengan standar
yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut, beberapa
diantaranya adalah motivasi.
Memotivasi para karyawan dalam organisasi, yakni meningkatkan keikatan serta keterlibatan mereka dalam pekerjaan-pekerjaannya, selalu menarik perhatian para ahli teori organisasi dan orang-orang yang berkecimpung didalamnya. Pada umumnya diterima bahwa motivasi karyawan merupakan suatu fungsi karyawan secara perorangan, kelompoknya, pekerjaannya, system insentifnya dan organisasinya. Tetapi berbagai teori
dan nasihat menekankan
peran utama salah satu dari kelima unsur tersebut. Dengan memandang karyawan
sebagai individu, tekanan diletakkan pada pemahaman pola-pola motif dasarnya,
dan pengubahan
menuju motivasi yang pada dasarnya tinggi.
Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong dan keberhasilan perilaku
yang tetap kearah tujuan tertentu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri seseorang ataupun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam
disebut motivasi
instrinsik, dan motivasi yang berasal dari
luar
adalah
motivasi ekstrinsik.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam kegiatan
bekerja seseorang. Tidak ada
seseorang pun yang
bekerja tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan bekerja. Agar peranan motivasi tetap optimal,
maka prinsip-prinsip motivasi dalam
bekerja tidak hanya diketahui, tetapi juga harus
diterapkan dalam aktivitas bekerja.
Salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk
meningkatkan
atau menjaga etos kerja para karyawan agar tetap gigih dan giat dalam bekerja guna meningkatkan atau menjaga produktifitas kerja
yaitu dengan memberikan motivasi (daya
pemicu) bagi para karyawan supaya
kegairahan bekerja para
karyawan tidak menurun. Semangat para pekerja
tersebut sangat dibutuhkan
suatu perusahaan karena
dengan
semangat yang tinggi
para karyawan dapat bekerja dengan
segala daya dan upaya yang
mereka miliki (tidak
setengah- setengah) sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
STUDI KASUS
1.
Frustasi Pada Usia 30 Tahun
Bob Wood berusia 30 tahun. Tetapi bila mendengarkan dirinya, Anda akan berpikir ia
berusia 60 tahun dan tidak sukses.” Saya lulus dari Perguruan Tinggi pada masa hebat.
Saat itu adalah tahun 1996. Saya mulai bekerja sebagai seorang analis untuk
Accenture, menjadi konsultan TI perawatan kesehatan untuk dua perusahaan lain,
kemudian menjadi kepala petugas teknologi di Claimshop.com, sebuah pemroses
tuntutan medis”. Pada
tahun 2001, Bob mendapatkan $ 80.000 per tahun plus bonus, mengendarai sebuah
mobil sport Eropa yang mahal dan optimis tentang masa depannya.
Tetapi, Bob pun telah menjadi apatis.
Ia adalah seorang dari 40 juta orang Amerika yang lahir
antara tahun 1966 dan 1975 dan mengalami penurunan pendapatan. Saat ini, Bob
mendapatkan imbalan kerja $ 44.000 sebagai seorang analis teknologi di sebuah
rumah sakit dan berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa tahun-tahun
yang dinamis pada akhir 1990-an sudah menjadi sejarah.
Seperti kebanyakan individu
dari generasinya, Bob terjerat hutang. Ia mempunyai hutang $ 23.000 dari pinjaman perguruan
tinggi dan menghabiskan sebanyak $4.500 lebih dengan kartu kreditnya.
Ia menghadapi sebuah dunia yang sangat berbeda dari dunia
yang dilihat oleh ayahnya ketika ia lulus dari Perguruan Tinggi pada awal tahun
1960 an.
“Peraturan telah berubah, dari
para generasi X mendapat kesulitan. Kami harus pergi ke Perguruan Tinggi untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi mayoritas dari kami lulus dengan hutang murid yang
tinggi. Berita baiknya adalah ketika kami lulus, pasar pekerjaan sangat bagus.
Saya mendapatkan bonus perekrutan sebesar $ 5.000 pada pekerjaan
pertama saya! Persaingan dari pemberi pekerja dari individu-individu yang baik
meningkatkan imbalan kerja. Ketika berusia 28 tahun, saya menghasilkan lebih
banyak uang dari pada ayah saya, yang bekerja untuk perusahaan yang sama selama
dari 20 tahun tetapi ayah saya mendapatkan keamanan pekerjaan.
Ia memiliki rencana pensiun yang baik yang akan
memberinya dari pensiun yang terjamin ketika berusia 58 tahun. Sekarang
lihatlah saya. Saya tidak
tahu apakah saya akan pernah mendapatkan $80.000 lagi.
Jika ia, itu akan terjadi dalam waktu 20 tahun atau
lebih.
Saya tidak mempunyai keamanan pekerjaan, membayar $350
per Sebagai seorang manajer untuk
pinjaman peruruan tinggi, megeluarkan $250 per bulan untuk tagihan kartu
kredit, harus melakukan 30 kali lagi pembayaran untuk melunasi cicilan BMW, dan
teman wanita saya mengatakan inilah saatnya untuk menetap dan menikah.
Akan sangat menyenangkan untuk memiliki sebuah rumah,
tetapi bagaimana saya bisa melibatkan diri saya dalam hipotek 30 tahun ketika
saya tidak tahu apakah saya akan mempunyai pekerjaan dalam waktu 6 bulan?
“Saya sangat frustasi.
Saya merasa seolah-olah generasi saya mendapatkan yang
buruk.
Awalnya kami mendapatkan pekerjaan-pekerjaan hebat dengan
imbalan kerja yang luar biasa tinggi. Saya mengakui; kami dimanjakan.
Kami terbiasa untuk menjalani satu pekerjaan selama 6
bulan, keluar, kemudian melakukan pekerjaan lain dan mendapatkan kenaikan 25 %
sampai 30 %. Kami berpikir akan kaya dan pensiun pada usia 40 tahun.
Kebenarannya adalah saat ini kami beruntung karena mempunyai
pekerjaan dan, jika benar, imbalan kerja dari pekerjaan itu adalah separuh dari
apa yang kami peroleh beberapa tahun yang lalu. Kami tidak mempunyai keamanan pekerjaan. Persaingan
pekerjaan digabung dengan tekanan-tekanan dari bisnis untuk menekan biaya,
berarti masa depan dengan kenaikan gaji yang minimum.
Adalah cukup mengerikan untuk berusia 30 tahun dan
memiliki tahun-tahun yang hebat di belakang anda!
2.
Pertanyaan
a.
Analisislah Bob
menggunakan hierarki kebutuhan Maslow.
b.
Analisislah
kekurangan motivasi Bob menggunakan keadilan organisasional dan teori harapan
c.
Bila menjadi atasan
Bob apa yang bisa Anda lakukan untuk memengaruhi motivasinya secara positif?
d.
Apa saja implikasi
dari kasus ini untuk para pemberi kerja
yang mempekerjakan orang-orang generasi X?
B.
TEORI MOTIVASI
Motivasi
adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas,
arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori
X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi
adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang
individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang
tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya
dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan
semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki
motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut
menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu
dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang
mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan
motivasi sama dengan semangat.
Dalam
hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa
giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi
kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan
ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Jadi
motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan. Menurut Kreitner dan Kinicki (2008) mengatakan bahwa motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang
menyebabkan pergerakan, arahan dan kegigihan dari sikap sukarela yang
mengarah pada tujuan. Colquitt, LePine dan Wesson (2009)
mengatakan bahwa motivasi
suatu kumpulan kekuatan yang energik yang
mengkoordinasi di dalam dan di luar diri seorang pekerja, yang mendorong usaha
kerja, dalam menentukan arah,intensitas, dan kegigihan.
George and Jones (2005) mengatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu
kekuatan psikologis di dalam diri seseorang yang
menentukan arah perilaku
seseorang di dalam organisasi, tingkat usaha, dan kegigihan di dalam menghadapi rintangan. Motivasi sebenarnya memiliki beberapa teori dari beberapa
pendapat
tokoh, teori
tersebut antara lain teori Motivasi Klasik oleh F.W Taylor, teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H.Maslow, Herzberg’s two factor theory oleh Frederick Herzberg, Mc.Clelland’s achievement Motivation Theory oleh Mc.Clelland; Alderfer
Existence,
Relatedness
And Growth (ERG)
Theory oleh Alderfer, teori
Motivasi Human Relation, teori
Motivasi Claude S.Geogre.
Teori
motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu teori
kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory)
(Gitosudarmo, 2008:29):
1.
Teori
Motivasi Kepuasan (Content Theory)
Teori
ini
merupakan teori
yang didasarkan
pada kebutuhan
insan
dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya.
Pada teori
kepuasan ini didukung
juga oleh para pakar
diantaranya :
a. Teori Hirarki Kebutuhan (A.
Maslow)
Maslow
menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai
teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
Menurut Maslow
hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:
-
Kebutuhan
Fisiologis merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan
kebutuhan untuk dapat hidup seperti makanan, minuman, perumahan, oksigen,
tidur, sek, dan lain sebagainya.
-
Kebutuhan rasa aman
yang meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan
akan kelangsungan pekerjaannya, dan jaminan akan hari tuanya.
-
Kebutuhan sosial
yaitu kebutuhan utnuk persahabatan, afiliasi, dan interaksi yang lebih erat
dari orang lain.
-
Kebutuhan
penghargaan yaitu keinginan untuk dihormati, dihargai, dan pengakuan atas
kemampuan dan keahliannya.
-
Kebutuhan
aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian, dan
potensi yang dimiliki seseorang.
b. Teori E-R-G
(Clayton Alderfer)
Teori
ERG
dikemukakan
oleh
Clayton
Alderfer seorang
psikolog asal
Amerika Serikat, kelahiran
1
September 1940, dimana teori
ini
merupakan simplifikasi dan pengembangan lebih lanjut dari teori hirarki kebutuhan Abraham
Maslow. Teori ERG Clayton Alderfer akan diurikan sebagai
beriktu:
-
E (Existence atau
keberadaan)
Existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup
sesuai dengan
tingkat
kebutuhan tingkat
rendah
dari Maslow
yaitu meliputi
kebutuhan fisiologis
dan kebutuhan
akan rasa aman.
-
R (Relatedness atau hubungan)
Relatedness
atau hubungan mencakup
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari
Maslow
-
G (Growth atau pertumbuhan)
Growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang
untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi
dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari
Maslow.
c. Teori Tiga Motif Sosial (D.McClelland)
d. Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)
2.
Teori
Motivasi Proses
(Process Theory)
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi
perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja.
Dalam hal ini teori
motivasi proses yang dikenal seperti
:
a.
Teori Harapan (Expectancy Theory/Victor Vroom), komponennya adalah : Harapan (Expectation) , Nilai
(Value) dan Pertautan
(Instrumentality).
b.
Teori Keadilan (Equity Theory/S.Adams), hal ini didasarkan tindakan
keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan
perusahaannya.
c.
Teori Pengukuhan/ Penguatan (Reinfocement Theory/ B.F. Skinner), hal ini
didasarkan
pada hubungan
sebab-akibat
dari pelaku dengan
pemberian kompensasi. Ada tiga jenis penguatan yang dapat digunakan para
manajer untuk mempengaruhi karyawan yaitu:
-
Penguatan positif
yaitu berkaitan dengan memperkuat respon atau perilaku yang diinginkan. Dengan
memberikan penguat atas perilaku yang diinginkan sehingga perilaku tersebut
akan diulangi kembali.
-
Penguatan negatif.
-
Hukuman.
d.
Teori X Y (Mc Gregor), hal ini mengemukakan tentang dua pandangan yang jelas
berbeda mengenai manusia. Pada dasarnya yang satu negatif
yang ditandai dengan teori X dan yang lain positif yang ditandai dengan teori
Y.
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS
(JAWABAN KASUS)
1.
Analisislah Bob berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow
Maslow menggunakan piramida sebagai
peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut
Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah
(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan
fisiologis atau dasar
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat
kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan
sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh orang
yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs)
yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim (misalnya kelaparan)
bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri
karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Dalam kasus ini, Bob juga memiliki kebutuhan
fisiologis (dasar) yang harus dipernuhi sebelum memenuhi kebutuhan lainnya. Sebaliknya,
jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang
lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b. Kebutuhan
akan rasa aman
Jenis
kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari
rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka
manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat
sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau
safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka
pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun
perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif. Pernyataan Bob yang
menyebutkan bahwa peraturan telah berubah, ia tidak memiliki keamanan pekerjaan
seperti halnya jaminan yang diperoleh ayahnya, menyebabnya Bob menjadi frustasi
akan pekerjaannya. Hal ini membuat Bob merasa tidak memiliki jaminan keamanan
sehingga timbul rasa takut dan tidak aman dalam dirinya.
c. Kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman
relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai . Setiap
orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar"
dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga,
sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga
akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja
merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan
menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
d. Kebutuhan
untuk dihargai
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat
tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem
needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah
kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan
kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang
lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi
dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan
tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan
selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Kompensasi dan harapan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh Bob menyebabkan ia
merasa kehilangan rasa percaya diri, status dan ketenaran. Saat memeperoleh
pendapatan yang masih tinggi ia merasa menjadi orang sukses karena memperoleh
penghasilan sangat tinggi di usia muda. Tetapi saat terjadi perubahaan Bob
merasa frsustasi dan tidak siap karena memiliki hutang yang cukup besar akibat
gaya hidupnya.
e. Kebutuhan
untuk aktualisasi diri
Dorongan untuk menjadi sesorang sesuai
kecakapannya meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang dan pemenuhan
diri sendiri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan
yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai
meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti
apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan,
mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya. Seperti halnya
yang dirasakan oleh Bob, ia menjadi apatis karena kemampuan untuk dapat
mengaktualisasikan diri mulai berkurang seiring bertambahnya kebutuhan dan
berkurangnya pendapatan yang diperoleh.
2.
Analisis kekurangan
motivasi Bob menggunakan keadilan organisasional dan teori harapan
Teori
keadilan adalah teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil
pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan
kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan. Teori harapan adalah
kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut. Bob memiliki
kekurangan motivasi dari segi salah mengambil keputusan dalam pekerjaannya.
Ia berpikir akan mudah untuk memperoleh dan berpindah pekerjaan dengan gaji
yang akan terus meningkat 25% sampai 30%. Dengan membandingkan pendapatan yang
bisa diperoleh sebelumnya dan pendapatan saat ini yang terus berkurang, Bob
merasa sangat tidak cukup sehingga motivasinya untuk bekerja menjadi ikut
berkurang. Bob terlalu memiliki banyak harapan yang tinggi akan
hasil dari pekerjaannya sehingga Bob selalu memikirkan hasil yang tinggi.
Tetapi melihat hasil yang diperoleh saat ini jauh dari apa yang diharapkan
sehingga membuat Bob menjadi tidak memiliki motivasi dan frustasi.
3. Bila menjadi atasan Bob apa yang bisa Anda lakukan untuk memengaruhi motivasinya secara
positif?
Salah satu teori penguat yang disampaikan oleh Gitosudarmo (2008) yaitu
pengutan positif. Penguatan positif ini digunakan para menajer untuk
mempengaruhi karyawannya untuk mempertahankan dan memperkuat respon atau
perilaku yang diinginkan yaitu perilaku yang menguntungkan bagi organisasi.
Seperti yang telah disampaikan Gitosudarmo di atas penguatan positif yaitu berkaitan dengan memperkuat respon
atau perilaku yang diinginkan. Dengan memberikan penguat atas perilaku yang
diinginkan sehingga perilaku tersebut akan diulangi kembali.
Sesuai dengan teori penguatan
positif yang telah disampaikan, pada kasus Bob di atas manajer dapat
mempengaruhi motivasi Bob dengan memberikan penghargaan, kenaikan imbalan atas
setiap kenaikan prestasi kerja yang dilakukan Bob. Tindakan manajer teresebut
dilakukan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja Bob yang sebelumnya
menurun.
4.
Dengan membaca kasus Bob ada
beberapa fakta yang kita temukan untuk Generasi X yaitu:
-
Fakta yang pertama pencari kerja
mempunya utang yang tinggi ketika lulus dari perguruan tinggi.
Implikasinya untuk perusahaan/pemberi kerja yaitu pemberi kerja harus
memberikan bayaran atas pekerjaan dengan memperhatikan biaya pendidikan (nilai
yang dikorbankan) yang dikeluarkan oleh pencari kerja (Generasi X) selama
menempuh pendidikan sebelum mereka masuk ke pasar kerja.
-
Fakta yang kedua persaingan
pemberi kerja yang tinggi.
Implikasinya untuk pencari kerja yaitu pemeberi kerja harus menawarkan
insentif/ upah yang tinggi untuk merekrut pencari kerja dengan kwalitas
terbaik.
-
Frustasi yang di usia 30 tahun
yang bisa saja menurunkan motivasi bekrja Karyawan. Menurunya produktivitas
karayawan akan menurunkan produktivitas organisasi/perusahaan. Untuk mencegah
kondisi tersebut, pemberi kerja harus mampu mempengaruhi motivasi karyawan agar
tetap tinggi yaitu dengan:
·
Memberikan insentif yang lebih
tinggi bagi karyawan yang mempunyai kinerja lebih baik.
·
Memberikan jaminan keamanan
pekerjaan bagi karyawan yang mempunyai kinerja tinggi sehingga mereka tidak
prustasi yang dapat menurunkan produktivitas para karyawan teresebut.
·
Memberikan jaminan hari tua (dana
pensiun).
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kemampuan
(ability) adalah Kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan atau sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan
seseorang. Kemampuan dapat dibagi 2 (dua) kelompok faktor yaitu Kemampuan
Intelektual dan kemampuan Fisik. Kemampuan Intelektual (intellectual ability)
adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
mental-berpikir, menalar (kecerdasan) dalam memecahkan masalah.
Tiga
elemen utama dalam difinisi adalah intensitas, arah dan ketekunan intensitas
berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha, namun intensitas yang
tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dengan
arahyang menguntungkan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Basyir. 2013. TEORI E-R-G (Clayton
Aldelfer)
Kasus : Mak Yati Pemulung Berkorban Kambing.
http://basyir46e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/01/Teori-E-R-G-on-kurban-final.pdf.
Accesed at 4 November 2014.
Aradea,
Rangga. 2013. Teori Motivasi Clyton
Alderfer (Teori ERG). http://www.rangga.web.id/2013/03/teori-motivasi-clyton-alderfer-
teori-erg.html.
Accesed at 4 November 2014.
Edward
Huffman, 1988. Biographi of Abraham Maslow. Los Angeles
Gitosudarmo,
Indriyo dan I Nyoman Sudita. 2008. Perilaku Keorganisasian. BPFE. Yogyakarta.
Irawan,
Anang.2013. Messi Pahlawan Berjiwa Sosial Tinggi. http://bola.okezone.com/read/2013/01/21/200/749601/messi-
pahlawan-berjiwa-sosial-tinggi.
Accesed at 4 November 2014.
Pridarsanti,
Komang. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai (Studi Empiris pada Pegawai Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan di Kota Semarang). http://eprints.undip.ac.id/39934/1/PRIDARSANTI.pdf.
Accesed at 4 November 2014.
Stephen
P.Robbins–Timothy A.Judge, 2008.Prilaku Organisasi.Salemba Empat. Jakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar